Kolaborasi Prabowo dan Anatoli Taklukkan Malaysia

“Bangsa kita tak percaya kalau bangsa kita bisa mencapai prestasi,” kata Prabowo.

Prabowo menceritakan, pada awal terbentuknya tim pendakian puncak Everest banyak yang tidak percaya bahwa ada tim pendaki dari Indonesia yang mampu mendaki Everest. Padahal Prabowo berambisi untuk mengalahkan Malaysia yang sudah gembar-gembor untuk mencapai puncak Everest pada tanggal 10 Mei 1996.

“Pada saat itu kita kumpulkan junior saya di KOPASSUS, pencinta alam juga. Lalu saya bilang, ‘Apa kita rela mereka mendahului kita?’. Olimpiade itu bisa empat tahun sekali, piala dunia itu empat tahun sekali. Mendaki Puncak Everest itu sekali dalam sejarah,” tegasnya.

“Mereka (para pasukan KOPASSUS) jawab bisa. Saya kumpulkan, kami wujudkan ekspedisi. Malah saya dituduh saya orang gila,” tambah dia.

Agar bisa melanjutkan keinginannya, kata Prabowo, pihaknya langsung melakukan seleksi ketat. Bahkan, dia mencari pelatih pendaki terbaik, di antaranya Anatoli Nikolaevich Boukreev (Kazakhstan) dan Richard Pawlosky (Polandia).

Menurut dia, pelatih Boukreev sempat pesimis terhadap orang-orang pilihannya. Selain itu, pelatih itu juga menyebut tidak mungkin mencapai Puncak Everest dalam waktu singkat lantaran butuh waktu tiga tahun untuk hal itu.

“Saya agak memaksakan (untuk obsesin mencapai puncak Everest), Tapi ini kepentingan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Akhirnya, lanjut Prabowo, pelatih itu mau menerima timnya untuk segera melakukan seleksi. Tak lama berselang, pelatih tersebut berubah pikiran dan memberikan suatu kepastian.

“Saya kumpulkan anggota saya di Cijantung. Setelah satu jam dia (Bourkreev) berkata pada saya. ‘Dari apa yang saya lihat, mungkin bisa’. Saya tanya lagi, bagaimana kamu menilai, menurut dia (Bourkreev), saya melihat dari mata mereka ada semangat. Maka itu saya yakin,” ungkap Prabowo menirukan Bourkreev.

Akhirnya Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia. Tim Kopassus mencapai puncak tertinggi dunia itu. Sekaligus mencatat sejarah sebagai tim tentara pertama Asia Tenggara yang sampai di puncak Everest.

Sumber: Situs Berita Merdeka

Prabowo dan Anak Yatim Yang Jadi Kopassus dan Mendaki Everest

Pada hari Minggu, 25 Mei 2014 Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto memberikan ceramah motivasi kepada anak-anak yatim seusai doa bersama di Nusantara Polo Club (NPC), Jagorawi Golf & Country Club, Bogor.

Prabowo menceritakan kisah Asmujiono, anak buahnya yang yatim piatu sejak umur 6 tahun, namun berhasil lolos masuk KOPASSUS dan mencapai tempat tertinggi dunia yakni puncak Gunung Everest.

Asmujiono berasal dari Malang, Jawa Timur. Saat ia mendaftar menjadi anggota KOPASSUS, salah satu persyaratan untuk menjadi KOPASSUS adalah memiliki tinggi minimal 168 cm. Akan tetapi, Asmujiono tingginya hanya 165 cm.

“Perwira-perwira saya bilang anak ini sangat bagus dan memiliki semangat yang luar biasa. Perwira mendesak saya untuk menerimanya, tapi saya bilang persyaratan harus dijalankan. Namun banyaknya desakan dari perwira dan saya melihatnya, akhirnya dia (Asmujino) dapat pengecualian atau dispensasi,” tutur Prabowo.

Setelah Asmujiono masuk ke dalam KOPASSUS dan mengikuti pelatihan yang luar biasa keras, dirinya menjadi prajurit Kopassus yang terbaik. Kemudian, waktu tahun 1996 KOPASSUS mengadakan pendakian ke puncak Everest dan akhirnya Asmujiono orang yang terpilih berangkat ke sana.

“Dia orang Indonesia yang pertama sampai Puncak Everest, dia juga orang Asia Tenggara dan muslim yang pertama sampai puncak everest,” tutur Prabowo.

Atas cerita itulah, Prabowo memotivasi anak yatim agar menjadi anak-anak yang tegas dan terus belajar agar dapat membanggakan bangsa Indonesia.

Sumber: Harian KOMPAS

Prabowo, Treadmill dan Cek untuk Prajurit

Senin sore ini (9 September 2013) saya bertemu Asaldin Gea di salah satu kawasan di sekitar Grand Indonesia. Gea begitu panggilannya,  seorang mantan prajurit Kopassus dengan pangkat akhir Kapten TNI. Ia juga dikenal oleh banyak tentara sebagai mantan ajudan Prabowo di zaman kemasannya. Usianya masih terbilang muda, 43 tahun dan juga memilih mundur sebagai tanda kesetiaannya pada sosok Prabowo. Tetapi ia enggan bicara banyak alasan-alasan kemundurannya. Sebab ia sangat menghormati lembaga yang pernah membesarkannya itu. “Bicara TNI, sampai akhir hidup saya tetap menjadi kebanggaan meski saya memilih pensiun muda, itu privacy saya. Yang pasti kesetiaan ini tak terbatas untuk seorang jenderal bernama Prabowo Subianto,” katanya singkat.

Sembari diskusi kecil tentang pergerakan politik Pak Prabowo jelang Pilpres 2014, tiba-tiba Gea tergelak setelah melihat treadmill yang dipajang di salah satu etalase. (treadmill; fasilitas olah raga lari dan jogging yang biasa dipakai di ruangan). “Bang, fasilitas treadmill seperti ini  membuat saya pernah gemetaran di depan Pak Prabowo,” katanya sembari tertawa keras, seolah-olah ia mengingat sesuatu yang teramat lucu.

Gea kemudian bercerita panjang soal treadmill ini. Katanya, suatu waktu Pak Prabowo dari Jalan Cendana menyempatkan diri jalan-jalan ke kawasan Plaza Indonesia, dan mencoba menikmati treadmill. “Bagus juga fasilitas ini ya, olah raga bisa di ruangan saja?” kata Prabowo pada ajudannya itu.  Gea hanya berkata “siap!” sebagai tanda setuju.

Pak Prabowo meminta Gea mengecek harga treadmill itu, siapa tahu bisa dibelinya. Namun ternyata barang itu tak jadi dibelinya. Entah karena alasan apa. Padahal di benak Gea sebagai ajudan, uang Prabowo cukup  banyak untuk membeli barang itu. Tentu karena ia seorang perwira tinggi militer dengan posisi Danjen Kopassus, mantu Pak Harto dan anak dedengkot ekonomi besar bangsa ini. Sehingga tak ada alasan tidak cukup uang untuk membelinya.

Sepintas Gea berpikir jika komandannya itu, mungkin memilih waktu dan kesempatan lain untuk mendapatkannya. Karenanya ia  tetap mengingat-ingat, kapan-kapan Pak Prabowo membutuhkan barang itu. Yang pasti Gea merasa barang itu sangat dibutuhkan Pak Prabowo, sehingga ia mencatatnya dalam buku hariannya, was-was jika ia sampai lupa dengan kebutuhan pimpinannya itu.

Jelang sepekan setelah ‘acara mencoba’ Treadmill di Plaza Indonesia, di suatu malam Prabowo kedatangan seorang perwira logistik dari sebuah kesatuan pasukan yang pernah dipimpin Pak Prabowo beberapa tahun sebelumnya. Karenanya Gea membatin, ada apa perwira ini menghadap Prabowo sementara ia bukan lagi anak buah langsung Pak Prabowo. “Dik, saya ingin menghadap Danjen Kopassus, sangat penting” kata Lekol itu pada Gea. (namanya perwira itu tidak disebutkan, tetapi ia berpangkat Letkol).

Sebagai ajudan, ia kemudian melaporkan ke Pak Prabowo. Tanpa basa-basi, Pak Prabowo memerintahkan Gea untuk mengajak letkol yang ingin menghadap itu. “Segera antar ke sini, beliau itu mantan anggota saya di kesatuan, pasti sangat penting sehingga ia ingin menemui saya,” sergah Prabowo.

Saat bertemu kata Gea, wajah perwira ini cukup cemas seolah-olah punya beban berat. “Silahkan sampaikan apa yang ingin saudara sampaikan,” kata Prabowo. Mendapat peluang itu sang Letkol menceritakan kondisi logistik di kesatuannya sangat menipis, sehingga ia butuh dana sesegera mungkin agar bisa menutupi kebutuhan pasukan di kesatuannya. Tetapi tak tahu kemana ia harus membicarakan hal ini, dan ia memilih menemui Pak Prabowo, sebagai perwira yang juga pernah memimpin di kesatuan itu.

Mendengar hal itu, Prabowo tanpa basa-basi pula meminta Gea mengeluarkan selembar cek dan menuliskan angka ratusan  juta rupiah untuk dicairkan di Bank Perindustrian. “Segara urus pasukanmu dengan baik, semoga dana ini cukup untuk anak buahmu,” kata Prabowo pada perwira logistic itu.

Di benak Gea, kok Prabowo begitu mudah mengeluarkan dana pribadinya pada kesatuan yang tak lagi dipimpinnya? Tetapi ia enggan bertanya. Yang teringat hanyalah fasilitas Treadmill yang pernah ingin dibeli Pak Prabowo. Karenanya Gea juga memanfaatkan kesempatan itu dengan mengeluarkan selembar cek untuk ditandatangani pimpinannya itu.

Prabowo menoleh pada Gea dan bertanya, “untuk apa lagi cek itu Gea!” tanyanya. “Siap Pak, untuk kebutuhan fasilitas alat olah raga lari Bapak” jawab Gea. Mendengar  hal itu, Prabowo dengan tegas dan lantang berkata; “Kamu harus tahu, kebutuhan prajurit jauh lebih penting dari alat lari yang tak penting itu,” tegas Prabowo.

Setelah sang perwira logistik itu pamit pulang.  Gea terdiam ia tak lagi banyak bicara. ia merasa sangat bersalah dan ketakutan. Karenanya ia tak berani lagi menyinggung fasilitas treadmill itu hingga karirnya sebagai ajudan berakhir.  Tetapi mengenang cerita itu, ia paham jika pimpinannya itu punya kepedulian besar pada nasib banyak orang, sementara ia merasa lucu dengan tingkahnya menyodorkan selembar cek, dengan harapan Prabowo bisa menikmati kebutuhannya sendiri.

Sumber: Hamzah Pallaloi

Sidak Prabowo dan Terbaliknya Ompreng Makanan Prajurit di Kepala

Tahun 96 Prabowo berkunjung ke  Grup-2 Kopassus, Sehari sebelum kunjungan Prabowo, seluruh Uang Insentif, Uang Gizi, Uang Parako bahkan sabun semir dibagi Habis kepada seluruh Prajurit, Yah Namanya Juru Bayar dan Pejabat Gudang bertanya kepada beberapa Perwira, “Kok dibagi habis Pak ?”, dijawab oleh Perwira, “Kalau Danjen tahu belum dibagi, Perwira bisa mental kesana kemari diamuk.”

Rencana awalnya beliau akan berkunjung pada sore hari dan menginap di Magrup-2 Kopassus Kandang Menjangan Solo. disaat Prajurit sedang Apel Pagi tiba -tiba datang sebuah Helikopter AD yang akan mendarat di Lap Grup-2 Kopassus, karena tidak tahu, Prajurit yang melaksanakan siaga segera berhamburan sambil membawa senjata, ingin mengepung Heli tersebut, setelah mendarat turunlah seseorang Jenderal mengenakan Kaca Mata Hitam Police, betapa terkejutnya seluruh Prajurit dan para Perwira, yang datang ternyata Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto… beliau datang tanpa diketahui dan tanpa pemberitahuan dan tidak sesuai dengan Jadwal, alias Sidak!

Tanpa masuk ke Ruang Transit, beliau mengatakan “segera alarm kumpul, saya ingin bertatap muka dengan seluruh Prajurit”. Seluruh Prajurit dan PNS pun kumpul dicek satu persatu.
Kemudian beliau memberikan pengarahan, sebelum pengarahan, sebuah pertanyaan tak terduga ditanyakan kepada Prajurit yang paling bawah. “Ya Kamu berdiri” Prajurit itupun berdiri,
Prabowo bertanya lagi ” Apakah Hak-hak kamu, Uang Lauk Pauk, Gizi, Isentif dan Parako sudah Kamu terima semuanya?
Prajurit tersebut pun menjawab : “Siap Sudah Komandan!”

Aman, mungkin ucapan dalam hati sebagian prajurit,
“Mana Juru Bayar, bawa Buku Tandatangan Gaji dan Pembayaran Hak Prajurit ke sini!” kata Pak Prabowo.

Juru Bayar pun mengambil Buku pencatatan keuangan dan menyerahkannya kepada Pak Prabowo.

Prabowo pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena sudah melaksanakan perintahnya. Anda bisa bayangkan saat itu tidak ada yang berani mengeluarkan suara bahkan kepakan sayap Nyamuk terdengar sangat jelas.

Setelah selesai Pengarahan, dilanjutkan beribadah, yang Muslim ke Masjid, Nasrani ke Gereja dan Hindu ke Pura.  Selesai beribadah, persiapan kembali ke Barak untuk Makan Siang., sedangkan Pak Prabowo disiapkan makan siang di Magrup bersama Perwira Magrup.

Tiba-tiba suasana pun berubah, Prabowo mengatakan “saya ingin makan bersama dengan Prajurit saya di Barak.”

Prabowo pun mendatangi beberapa Barak dan mencicipi Makanan Barak, tanpa sedikitpun beliau tersenyum, mencoba dan mencoba, mencicipi seperti ada yang salah dengan makanan tersebut. Tibalah pada puncaknya, beberapa Prajurit Bujangan makan siang di sebuah saung pinggir kolam Ikan, Pak Prabowo melihatnya dan menghampiri mereka, Prajurit yang berada di situ berubah menjadi Patung, ada yang sedang menyuap ada yang sedang mengunyah.

“Lanjutkan makannya, mana jaga Barak ?, bawakan makan siang barak ke sini, kita makan sama -sama disini” kata Prabowo.

Jaga Barak pun membawakan seluruh makan siang di Barak, Prabowo mengambil sendiri makanannya dikuti oleh Para Perwira.

Tiba-tiba, klontang bunyi Ompreng dibanting di meja.
Pak Prabowo bertanya kepada Prajurit “Apakah makanan ini enak ?”
“Siap Enak ” jawab Prajurit.
“Ya,  enak menurut kalian, sekarang semua Perwira ambil makan dan makan didepan saya” kata Prabowo.
Semua Perwirapun melaksanakannya, Prabowo memperhatikan mereka makan, ada yang tidak habis dan ada yang mengambil makan sedikit.

“Ya kamu Perwira, kenapa tidak Habis?
“Siap, nasi ada Kutunya, siap masih ada kerikil, siap sayur ada ulatnya”.
“Terus apakah makanan ini pantas untuk dimakan Prajurit ?
Perwira menjawab “Siap! Tidak pantas”
“Jika tidak pantas, mengapa mereka diberi makanan kambing?”
Tidak ada yang berani menjawab, jika ada Ilmu menghilangkan diri, mungkin saat itu anggota sudah menghilang dan melarikan diri.

“Semua Perwira jongkok, angkat Ompreng kalian diatas kepala, balikkan Ompreng kalian” Ompreng pun di balik, seluruh isi Ompreng tumpah di Kepala Perwira, nasi, sayur dan cabepun menjadi satu.

“Kalian Prajurit adalah para Ksatria Bangsa, harus diperlakukan seperti Ksatria. Bagaimana mereka bisa perang kalau makananya ada pasir dan ulat ? Mereka dibentuk mahal oleh negara, jangan disiasiakan, kalian jangan coba-coba korupsi, akan saya pecat kalian. Sekarang juga kalian Perwira keluar dan belikan makanan yang paling enak di Solo untuk seluruh Prajurit dan harus cukup.”

Perwira pun berhamburan mencari, yang paling cepat hanya satu, nasi Padang. Satu Baskom di bawa ke asrama, setelah semua Prajurit makan siang.

“Mana Cemilannya, jangan kue atau roti, tapi Jagung, Singkong dan Kacang kacangan” kemudian dibawakan.

Disaat orang  stres dan ketakutan, ternyata Barak sebelahnya tidak tahu ada Gempa Bumi (Prabowo Marah) di Barak atas. Ternyata di Barak bawah Prajurit Ngopi dan bermain Gitar, samar samar terdengar oleh Pak Prabowo.

“Itu yang main gitar suruh kesini, bawa gitarnya sekalian ke sini!” perintah Pak Prabowo.
Dalam hati, pasti gitar itu pecah, tak lama, datanglah remaja Barak bawah (Prabowo tidak tahu,remaja Barak sengaja menyanyi lagu kesukaan Prabowo).

“Yang main gitar dibawah tadi siapa ?” tanya beliau
“Siap saya Komandan ” jawab anak Ambon itu.
“Kamu mainkan gitar dan lagu tadi” minta beliau.
Si Ambon pun menyanyi, Sio Mamae, Beta Rindu Mau Pulange, belum selesai menyanyi.

“Dangrup, besok si Ambon ini suruh cuti pulang ke Ambon, beri dia tiket pesawat dan ini uang buat kamu berikan kepada orang tuamu sampaikan salam hormat saya kepada keluargamu di Ambon sana.”

Suasanapun cair, Pak Prabowo pun tertawa “Prajurit itu tidak boleh stres, harus bergembira, semangat jangan manyun, saya tahu banyak Prajurit yang tidak tahu makan di restoran, tidak bisa naik Eskalator,tidak bisa naik motor dan membawa mobil dan ada yang belum pernah naik pesawat sipil, mulai besok kalian perwira ajak mereka ke restoran dan naik Eskalator dan ajarkan mereka hal baik” kata Pak Prabowo.

” Siap!” jawab para Perwira
Pak Prabowo pun naik Helikopter dan menuju ke Grup-1 Kopassus di Serang, Banten.

Pak Prabowo sudah pulang tapi Prajurit lanjut dengan kelucuannya, yang belum pernah naik Eskalator diajak ke Mall, namanya dari kampung ada yang naik Eskalator sambil duduk, pas turunnya loncat loncat.

Demikian juga yang tidak bisa mengendarai Motor diajari sampai malam hari.
Tak jarang banyak kejadian lucu, seperti makan Bakso menggunakan sumpit, Baksonya tidak masuk ke mulut tapi loncat ke kepala rekan sebelah.

Itulah sebagian kecil cerita tentang Prabowo. Keras tapi mendidik, agar Prajuritnya terhormat dan memiliki harga diri, serta mencarikan solusi untuk mengatasi masalah Prajurit. Para Perwira menengah saat itu, kini sudah banyak yang menjadi Jenderal.

Kami masih ingat satu ucapan yang membuat takut Prajurit saat itu
“JIKA KALIAN MELAKUKAN KORUPSI, MENGURANGI DAN MEMOTONG HAK ANGGOTAMU, KAMU AKAN SAYA PECAT!”

Tulisan dari: Idjon Djanbi Team.

Prabowo Menantang Perwira Delta Force di Papua, dan Menang

Alkisah, ini adalah secuil cerita tentang Prabowo Subianto ketika Indonesia sedang melakukan Rencana Operasi Pembebasan Sandera di Mapenduma.

Amerika menawarkan bantuan ke Kopassus untuk ikut dalam Operasi Pembebasan Sandera Tim Lorentz di Mapenduma, Papua.  Salah satu yang ikut serta dalam Tim Amerika adalah seorang Perwira menengah bernama Letkol Green.

Ketika Briefing dengan beberapa Perwira Kopassus, tiba-tiba Letkol Green mengatakan: “Hanya James Bond yang bisa membebaskan sandera-sandera itu”.

Setelah selesai Briefing, salah seorang prajurit melaporkan apa yang dikatakan oleh Letkol Green kepada Prabowo Subianto, dan kemudian Prabowo langsung mendatangi Perwira Delta Force tersebut dan menamparnya hingga tersungkur.

Green hanya terheran-heran, tidak menyangka dia akan ditampar, Prabowo pun membentaknya: “Jika Kamu meremehkan Negara dan pasukan saya, saya bisa langsung menembak kepalamu!”

Prabowo pun menjelaskan kehebatan orang Indonesia: “Kami mengusir penjajah hanya dengan Bambu Runcing, kami adalah bangsa yang besar, jika kamu tidak suka, sekarang juga kamu angkat kaki dari negara saya!”